Rabu, 11 Desember 2013

SALES = MIMPI =TARGET = SUKSES

Dalam dunia sales, ada satu kata yang paling dibenci oleh para sales force, yaitu kata " target".. kata ini selalu di gaungkan dan di sampaikan setiap kali ada pertemuan dengan supervisor maupun atasan, bahkan dalam weekly ataupun monthly meeting, karena agenda utama yang pasti di bahas adalah kata " target " ini.
Kata target penjualan menjadi sebuah kata dilematis bagi para sales force, kenapa? karena dengan mengiyakan kesanggupan ini ( target ) maka seorang sales force besar kemungkinan untuk dapat diterima dalam satu pekerjaan di bidang marketing, karena ia sudah menyanggupi kata tersebut sebagai syarat utamanya, berjalan seiringnya waktu, maka yang ada dalam benak dan pikirannya, setiap saat dan setiap detik adalah kata target itu, mulailah kata itu berkembang dan menjadi bahasa sehari hari dan kadang dikeluhkan bagi para sebagian sales force, padahal awalnya kata itu adalah sebuagh kesanggupan prinsip yang harus dituju dan di raih sebagai reward point seorang sales force, sekarang bagaimana tipsnya agar kata " terget " itu menjadi sesuatu yang menyenangkan, ada beberapa tips yang dapat saya sampaikan, yaitu antara lain :

1. Berpikirlah kalau " target " adalah pacar kita, maka sampai kapan
     pun pasti banyak kebahagian bersamanya
2. Awali harimu dengan sebuah kejadian kalau hari ini target mu
     tercapai 40 % saja, jangan muluk muluk..., maka harimu sudah
     diawali dengan ' good selling '
3. Kalau ketemu atasan atau supervisor, dan ditanya mengenai
     target pencapain, katakan saja begini " baik pak, bulan ini pasti
     saya dapat mencapai target ! ", katakan saja itu dan itu kepada
     atasan anda,, dan selalu katakan itu setiap kali ditanya,,he he

itu beberapa tips singkat mengenai target, semoga bermanfaat..

Sales Spirit

Tidak ada bedanya seorang sales force atau salesman dengan seorang pegawai Bank atau pun camat sekalipun, dari sisi profesionalisme tidak ada bedanya, sama, hanya yang membedakan adalah nama profesi nya saja., terus persamaanya dimana, ? persamaannya adalah masing masing profesi tersebut memiliki target yang harus diraih, sebagai contoh, seorang sales harus dapat mencapai target 80 % penjualan, karena itu memang sudah menjadi tugas dan main job nya, sedangkan seorang pegawai bank dia ditarget untuk dapat menyalurkan dana bank yang ada dalam bentuk pinjaman atau kredit, dan ini juga bukan pekerjaan yang mudah, terlihat seperti mudah tapi banyak prosedur dalam pelaksanaanya, kemudian seorang camat, dia pun memilki target yang sudah di tetapkan oleh Bupati atau Walikota sebagai atasannya, apa tagetnya? tentu saja banyak, contohnya antara lain, terget penyaluran BLSM yang harus merata dan Adil di wilayahnya, target agar tercipta stabilitas yang aman dan terkendali di wilayahnya, dan banyak lagi target target yang harus di capai dan diraih sebagai reward point jabatannya,, nah,,kalau sales, targetnya cuman 1 dan pasti, yaitu penjualan yang sudah ditetapkan oleh atasan atau supervisor sales,, gak mesti memikirkan target target yang lain, cuman satu " sellling dan selling " itu saja yang rutin dilakukan oleh sales, jangan malas untuk bergerak dan berjalan, lakukan saja dengan penuh keikhlsan dan semangat, seperti yang dilakukan oleh seorang tukang es cendol, apa yang dia miliki? motivasi dan tekad dan satu lagi pikiran positif yang ada dalam benaknya kalau semua cendol dagangannya habis alias laris manis,maka dia dengan semangat ngider tanpa kenal capek dan malu, karena dalam benaknya dia sudah punya satu pikiran positif yang bagus,,yaitu cendolnya bakal habis,  ini mungkin dapat menjadi satu analogi teladan bagi para teman teman sales force dimana pun anda berada dan berjuang..  semoga bermanfaat..

Salam

Sandiwara kehidupan

Dia adalah seorang yang memiliki keimanan dan rasa percaya yang cukup tinggi pada tuhannya, tiada kata selain bahwa tuhan selalu ada bersamanya dalam mengarungi hidup ini.

Dia adalah seorang pekerja yang selalu mengerjakan sesuatu berdasarkan nalar dan pertimbangan, tiada satupun pekerjaan yang dirasanya akan menjadi sempurna, kecuali dengan pertimbangan yang matang dan terencana dengan baik.

Dia adalah ayah sekaligus suami yang sangat bertanggung jawab pada keluarganya, tiada lain dalam prinsip hidupnya selain kata kata yang bijak bahwa hidupnya adalah demi menyenangkan istri dan anak anaknya.

Setiap pagi, apa yang dilakukannya adalah tutinitas sorang ayah pada umumnya, mengantarkan anak sekolah dan pergi ke tempat kerja untuk mencari inspirasi dan melakukan ritual kerja sperti orang orang pada umumnya., setiap kali ia menginjakkan kakinya di kantor yang ia lakukan adalah duduk di depan komputer atau notebook nya dan mulai mengecek email dan berusaha mencari inspirasi dan pemikiran baru tentang apa yang harus dikerjakan pada hari itu, kadang menjadi stagnan dan rasa jenuh mulai menghampiri, dan tibalah pada titik nadir untuk mencoba menginspirasi kembali apa yang seharusnya dilakukan pada hari itu.

perilakunya yang terlihat wajar manakala bersikap di depan teman teman dan keluarganya, tapi di dalam batinnya terdapat satu gundukan masalah yang sangat berat, ia tutupi dengan senyum dan mencoba berperilaku yang wajar, dibalik candaan dan senyumannya yang lepas ada rasa sakit dan sesak yang memang ada di dalam pikiran dan jiwanya, suatu beban hidup yang tidak dapat dipungkiri, memang berat, tapi ia tutupi dengan sikap bersahabat dan sewajarnya yang ia tunjukkan di depan teman dan anak anaknya.

setiap sore, ia kembali ke rumah dengan perasaan senang dan sedih, senang karena dapat kembali bertemu dan bermain bersama anak anaknya, tapi rasa sedih juga ada, yang pasti akan ia tutupi di depan istri dan anak anaknya, sedih itulah yang terus menghantui malam malamnya, sedih karena sebenarnya ia merasa takut akan sesuatu yang pasti akan menimpa diri dan keluarganya, rasa ketakutan akan turunnya suatu petaka atau musibah yang akan menimpa keluarganya. 

Baginya hanya tuhan lah sebagai jalan terakhir untuk meminta, hanya tuhanlah yang tahu akan segala yang dipikirkannya sehari hari, padanya ia selalu memohon agar gundukan masalah itu hilang dan sirna, walaupun secara hitiungan matematika itu sangatlah mustahil, tapi ia percaya dan yakin bahwa tangan tuhan sedang bekerja untuk mencoba mengurai benang kusut masalah tersebut, ia yakin tangan tuhan sedang mengerjakan itu.

saat malam adalah saat yang tenang untuk merenung dan bermimpi, di depan note book ini ia tuliskan semuanya, ia uraikan satu persatu kata menjadi rangkaian kalimat, ia kembali merenung, ia kembali bermimpi, dan ia kembali pada ketakutan pada hari esok yang akan terjadi, dan ia masih berada dalam satu panggung cerita yang sama, setiap hari ia lakonkan di depan semuanya,, itu yang ia sebut sebuah fragmen tiada akhir, sebuah drama kehidupan, dimana ia mainkan sendiri sebagai aktornya, dan nyata tapi terlihat bagaikan sebuah sandiwara.