Rabu, 11 Desember 2013

Sandiwara kehidupan

Dia adalah seorang yang memiliki keimanan dan rasa percaya yang cukup tinggi pada tuhannya, tiada kata selain bahwa tuhan selalu ada bersamanya dalam mengarungi hidup ini.

Dia adalah seorang pekerja yang selalu mengerjakan sesuatu berdasarkan nalar dan pertimbangan, tiada satupun pekerjaan yang dirasanya akan menjadi sempurna, kecuali dengan pertimbangan yang matang dan terencana dengan baik.

Dia adalah ayah sekaligus suami yang sangat bertanggung jawab pada keluarganya, tiada lain dalam prinsip hidupnya selain kata kata yang bijak bahwa hidupnya adalah demi menyenangkan istri dan anak anaknya.

Setiap pagi, apa yang dilakukannya adalah tutinitas sorang ayah pada umumnya, mengantarkan anak sekolah dan pergi ke tempat kerja untuk mencari inspirasi dan melakukan ritual kerja sperti orang orang pada umumnya., setiap kali ia menginjakkan kakinya di kantor yang ia lakukan adalah duduk di depan komputer atau notebook nya dan mulai mengecek email dan berusaha mencari inspirasi dan pemikiran baru tentang apa yang harus dikerjakan pada hari itu, kadang menjadi stagnan dan rasa jenuh mulai menghampiri, dan tibalah pada titik nadir untuk mencoba menginspirasi kembali apa yang seharusnya dilakukan pada hari itu.

perilakunya yang terlihat wajar manakala bersikap di depan teman teman dan keluarganya, tapi di dalam batinnya terdapat satu gundukan masalah yang sangat berat, ia tutupi dengan senyum dan mencoba berperilaku yang wajar, dibalik candaan dan senyumannya yang lepas ada rasa sakit dan sesak yang memang ada di dalam pikiran dan jiwanya, suatu beban hidup yang tidak dapat dipungkiri, memang berat, tapi ia tutupi dengan sikap bersahabat dan sewajarnya yang ia tunjukkan di depan teman dan anak anaknya.

setiap sore, ia kembali ke rumah dengan perasaan senang dan sedih, senang karena dapat kembali bertemu dan bermain bersama anak anaknya, tapi rasa sedih juga ada, yang pasti akan ia tutupi di depan istri dan anak anaknya, sedih itulah yang terus menghantui malam malamnya, sedih karena sebenarnya ia merasa takut akan sesuatu yang pasti akan menimpa diri dan keluarganya, rasa ketakutan akan turunnya suatu petaka atau musibah yang akan menimpa keluarganya. 

Baginya hanya tuhan lah sebagai jalan terakhir untuk meminta, hanya tuhanlah yang tahu akan segala yang dipikirkannya sehari hari, padanya ia selalu memohon agar gundukan masalah itu hilang dan sirna, walaupun secara hitiungan matematika itu sangatlah mustahil, tapi ia percaya dan yakin bahwa tangan tuhan sedang bekerja untuk mencoba mengurai benang kusut masalah tersebut, ia yakin tangan tuhan sedang mengerjakan itu.

saat malam adalah saat yang tenang untuk merenung dan bermimpi, di depan note book ini ia tuliskan semuanya, ia uraikan satu persatu kata menjadi rangkaian kalimat, ia kembali merenung, ia kembali bermimpi, dan ia kembali pada ketakutan pada hari esok yang akan terjadi, dan ia masih berada dalam satu panggung cerita yang sama, setiap hari ia lakonkan di depan semuanya,, itu yang ia sebut sebuah fragmen tiada akhir, sebuah drama kehidupan, dimana ia mainkan sendiri sebagai aktornya, dan nyata tapi terlihat bagaikan sebuah sandiwara.


1 komentar: